Rabu, 14 November 2007

Sejarah Musik Jazz

Banyak yang beranggapan bahwa musik jazz adalah musiknya kaum elite dan mapan. Namun bila kita menegok ke akar jazz boleh dibilang justru bertolak belakang. Jazz adalah sebuah seni ekspresi dalam bentuk musik. Jazz disebut sebagai musik fundamental dalam hidup manusia dan cara mengevaluasi nilai-nilai tradisionalnya. Tradisi jazz berkembang dari gaya hidup masyarakat kulit hitam di Amerika yang tertindas. Awalnya, pengaruh dari tribal drums dan musik gospel, blues serta field hollers (teriakan peladang). Proses kelahirannya telah memperlihatkan bahwa musik jazz sangat berhubungan dengan pertahanan hidup dan ekspresi kehidupan manusia.
Yang menarik adalah bahwa asal kata “jazz” berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual. Sebagian irama dalam musik jazz pernah diasosiasikan dengan rumah-rumah bordil dan perempuan-perempuan dengan reputasi yang kurang baik. Dalam perjalanannya kemudian, jazz akhirnya menjadi bentuk seni musik, baik dalam komposisi tertentu maupun improvisasi, yang merefleksikan melodi-melodi secara spontan. Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong.
Legenda jazz dimulai di New Orleans dan berkembang ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, dan akhirnya Chicago. Tentu saja musik jazz dipengaruhi oleh musik yang ada di New Orleans, tribal drums Afrika dan struktur musik ala Eropa. Latar belakang jazz tidak dapat dilepaskan dari fakta di mana jazz dipengaruhi berbagai musik seperti musik spiritual, cakewalks, ragtime dan blues. Salah satu legenda jazz yang dipercaya bahwa sekitar 1891, seorang pemilik kedai cukur rambut di New Orleans bernama Buddy Bolden meniup cornet-nya dan saat itu lah musik jazz dimulai sebagai gebrakan baru di dunia musik. Setengah abad kemudian, musik jazz di Amerika memberi banyak kontribusi di dunia musik, dipelajari di universitas, dan akhirnya menjadi sebuah aliran musik yang serius dan diperhitungkan.
Musik jazz sebagai seni yang populer mulai menyebar ke hampir semua masyarakat Amerika pada tahun 1920-an (dikenal sebagai Jazz Age). Jazz semakin marak di era swing pada akhir 1930-an, dan mencapai puncaknya di akhir 1950-an sebagai jazz modern. Di awal tahun 20-an dan 30-an, “jazz” telah menjadi sebuah kata yang dikenal umum.
Pengaruh dan perkembangan musik blues tidak dapat ditinggalkan saat membahas musik jazz di tahun-tahun awal perkembangannya. Ekspresi yang memancar saat memainkan musik blues sangat sesuai dengan gaya musik jazz. Kemampuan untuk memainkan musik blues menjadi standar bagi semua musisi jazz, terutama untuk digunakan dalam berimprovisasi dan ber-jam session. Musik blues sendiri, yang berasal dari daerah Selatan, memiliki sejarah yang sangat luas. Pemain musik blues biasanya menggunakan gitar, piano, harmonika, atau bermain bersama dalam kelompok yang memainkan alat-alat musik buatan sendiri.

Ragtime
1800 - Pre-Jazz
Irama Ragtime, dipengaruhi oleh musik tradisi Afrika, dipadukan dengan cakewalks, coon songs dan musik “jig bands”. Sekitar tahun 1895, lagu Ragtime pertama dipublikasikan oleh Ben Harney. Musiknya, diperkuat dengan paduan irama dansa ala Afrika, sangat energik, penuh antusiasme, dan kadang-kadang spontan.
Hal yang menarik, sebagai pionir dalam musik Jazz, Ragtime pada periode awal dibawakan dengan gaya mars, waltz, dan irama tradisional lainnya. Tetapi secara umum, karakter musik ini adalah dinamis dengan syncopation. Not-not dan irama syncopation sangat populer di masyarakat, karena para pengusaha musik mencantumkan kata “syncopated” dalam iklannya. Pada tahun 1899, seorang pianis klasik asal Missouri yang bernama Scott Joplin memperkenalkan satu dari beberapa komposisi ragtime-nya, yang pada akhirnya akan dikenal menjadi musik yang mendunia.

Classic Jazz
1900
Pada awal era 1900-an, musik Jazz dibawakan dalam kelompok band kecil, yang berasal dari New Orleans. Gaya Jazz New Orleans atau “Classic Jazz” berasal dari kelompok band dengan instrumen tiup. Kelompok ini biasa tampil di pesta dan acara dansa di akhir 1800-an dan awal 1900-an. Beberapa instrumen musik yang digunakan dalam musik ini berasal dari zaman Perang Konfederasi; misalnya klarinet, saksofon, cornet, trombon, tuba, banjo, bass, gitar, drums, dan kadang-kadang piano.

Aransemen musiknya beragam, tergantung dari acara-acaranya, dan banyak musik solo-nya yang dibawakan dengan melodi-melodi hasil improvisasi. Musik baru yang “hidup” ini mengombinasikan gaya ragtime syncopation, dengan melodi-melodi yang populer, seperti hymne, mars, work songs dan blues.

Gaya musik New Orleans ini terkadang disalahartikan identik dengan “Dixieland”. Musik Jazz tradisional New Orleans dibawakan oleh kaum kulit hitam, kulit putih dan Afrika-Amerika. “Dixieland” adalah istilah yang digunakan untuk para pemain kaum kulit putih.

Chicago Style
1920
Chicago merupakan asal muasal dari pemusik Jazz yang muda dan inventif. Berkarakter harmonis, dengan aransemen inovatif dan kekuatan bermusik para pemainnya. Jazz gaya Chicago secara signifikan merupakan improvisasi dari musik Jazz yang telah ada sebelumnya.

Beberapa pemain musik Jazz, misalnya Benny Goodman, Bud Freeman dan Eddie Condon bersama dengan sentuhan groove kreatif dari Gene Krupa, merupakan tokoh-tokoh yang “mendewasakan” musik Jazz dan menginspirasi pemain-pemain lainnya.

Hot Jazz
1920
Sekitar tahun 1925, Louis Armstrong merekam lagu pertama dari album Hot Five – ini adalah pertama kalinya ia rekaman dengan namanya sendiri. Album yang dibuat oleh Louis Armstrong dengan Hot Five dan Hot Seven ini dianggap sebagai musik Jazz klasik yang absolut, sangat kuat dengan kreativitas Louis Armstrong. Walaupun band ini tidak pernah tampil secara langsung, tetapi mereka tetap rekaman hingga 1928.

Karakter musiknya kuat dengan improvisasi solo dengan struktur melodis, yang membangun emosi dan memberikan klimaks yang “panas”. Pada bagian ritmiknya, biasanya didukung dengan drums, bass, banjo dan gitar, dengan tempo mars.

Selanjutnya, band yang lebih besar dan orkestra mulai mengikuti energi musik ini. Hal itu terutama dipengaruhi oleh berkembangnya teknologi di industri rekaman, sehingga gaya musik yang “panas” ini meluas ke seluruh pelosok negeri Paman Sam.

Gypsy Jazz
1930
Gitaris asal Perancis, Django Reinhart adalah orang pertama yang memperkenalkan Gypsy Jazz. Musik ini merupakan paduan antara Swing gaya Amerika di tahun 1930-an, musik dansa ala Perancis dan folk strain ala Eropa Timur. Gypsy Jazz juga dikenal sebagai Jazz Manouche, yang bertempo lambat, seduktif, dan irama yang mengayun.


Instrumen utama dalam musik ini adalah gitar berdawai nylon, kadang-kadang berupa ensambel 6 orang dengan biola dan bass biola. Solo biasanya dimainkan dari satu pemain ke pemain lainnya, dengan gitar sebagai pendukung ritmenya. Walaupun biasanya musik ini dimainkan di banyak bar Eropa dan dalam lingkup kecil, Gypsy Jazz dapat diterima di seluruh dunia.

Kansas City Style
1930
Selama era Depression and Prohibition, Jazz ala Kansas City menjadi kiblat musik Jazz modern di akhir tahun 1920-an hingga 1930-an. Karakter musiknya soul dan sedikit blues, bergaya Big Band dan Swing ensambel, dengan aransemen solo yang energik.


Saxist Alto yang terkenal, Charlie Parker, berasal dari Kansas

Swing
1930
Tahun 1930-an merupakan tahun Swing. Selama era klasik ini, sebagian besar group musik Jazz merupakan Big Band. Berasal dari New Orleans Jazz, musik Swing lebih kuat dan bertenaga. Swing juga termasuk musik dansa, yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.

Walaupun swing merupakan gabungan beberapa alat musik, namun musik ini tetap memberikan kebebasan kepada para musisinya untuk berimprovisasi dengan solo tematik yang lebih kompleks.

Pertengahan 1990-an merupakan pembaruan musik Swing yang dipengaruhi trand dansa retro. Pasangan-pasangan muda Amerika dan Eropa berdansa dengan musik swing dengan gaya Big Band, yang biasanya dimainkan dalam ensambel yang lebih kecil.

Bebop
1940
Irama Bebop (atau Bop) berkembang sejak awal tahun 1940-an, dan menjadi tren di tahun 1945. Inovatornya yang utama adalah saxophonis Charlie Parker dan trumpeter Dizzy Gillespie.

Sampai dengan masa itu, improvisasi musik Jazz berasal dari bagian melodinya. Solois musik Bebop berusaha membuat improvisasi di bagian chordal, terkadang mengabaikan gabungan melodi-melodi setelah chorus yang pertama. Biasanya solois bebas mengeksplorasi improvisasinya selama sesuai dengan struktur chord musik Jazz itu sendiri, sekitar kurang dari tujuh bagian.

Berbeda dengan musik Swing, Bebop sama sekali terpisah dari musik dansa. Bebop berkembang sebagai sebuah karya seni, tapi tetap memiliki nilai komersil. Ironisnya, Bebop yang awalnya dianggap sebagai suatu gaya yang radikal, akhirnya menjadi basis inovasi dalam musik Jazz.

Cool Jazz
1950
Cool Jazz dipengaruhi langsung dari musik Bebop di akhir tahun 1940 dan 1950. Musik ini merupakan paduan antara Bop dan Swing, dengan gaya harmonis dan ketukan dinamis mulai diperhalus. Aransemen dalam ensambel menjadi penting dalam gaya musik ini.

Dikenal juga sebagai “West Coast Jazz” karena banyak inovasi yang berasal dari Los Angeles. Cool Jazz dikenal luas di akhir 1950-an, dengan banyak kontributor dari musisi dan komposer asal East Coast.

Hard Bop
1950
Hard Bop (1955-70) merupakan lanjutan dari Bebop yang dipengaruhi juga oleh West Coast Jazz. Melodi soul nya lebih terasa daripada Bebop, mengambil gaya Rhythm & Blues dan juga Gospel. Ritmenya lebih classy dan bervariasi daripada Bebop tahun 1940-an.

Pada pertengahan 1960-an, Hard Bop terbagi-bagi menjadi Post Bop, Modal Jazz dan Soul Jazz. Pianis Horace Silver dikenal dengan inovasinya dalam musik Hard Bop. Hard Bob kembali mempengaruhi gaya bermusik Jazz di awal tahun 1990-an.

Vocalese
1950
Vocalese, diperkenalkan oleh kritikus Jazz Leonard Feather, sebagai seni komposisi lirik dan teknik menyanyikannya adalah sama seperti solo instrumental. Vocalese populer mulai tahun 1957 sampai 1962. Pemainnya dapat tampil secara solo atau menyanyikannya dalam ensambel, dengan dukungan band kecil ataupun dengan orkestra. Dengan pengaruh Bebop, Vocalese jarang digolongkan sebagai gaya Jazz lain dan tidak pernah meraih sukses hingga beberapa tahun sesudahnya. Pemain-pemain Vocalese yang terkenal antara lain Eddie Jefferson dan Jon Hendricks.

Bossanova
1960
Musik Bossa Nova merupakan paduan West Coast Cool, harmonisasi klasik ala Eropa dan ritme samba Brazil. Musik ini dikenal dikenal di Amerika Serikat sekitar tahun 1962 dan dikenal juga sebagai Brazilian Jazz.

Bossa Nova kental dengan ritme akustik gitar yang hipnotis, dengan melodi-melodi sederhana yang dinyanyikan dalam bahasa Portugis maupun Inggris. Digawangi oleh pria Brazil, Joao Gilberto dan Antonio Carlos Jobim. Sebagai musik alternatif dari Hard Bop era 60-an dan gaya Free Jazz, Bossa Nova popluer di pemain-pemain West Coast, seperti gitaris Charlie Byrd dan saxophonis Stan Getz.

Free Jazz
1960
Free Jazz dianggap sebagai “avant garde”, walaupun solois sejati Free Jazz membagi-bagi struktur aransemen musiknya, membentuk gaya “bebas” dalam bermusik. Perubahan yang radikal ini menimbulkan perdebatan di kalangan pemusik, apakah musik ini dapat dikualifikasikan sebagai musik Jazz atau tidak? namun kemudian musik ini mendapay tempat di kelompok Jazz underground.

Ironisnya, musik Free Jazz ini kemudian memberikan pengaruh yang cukup besar pada gaya Jazz Mainstream saat ini. Ornette Coleman dikenal sebagai Bapak Free Jazz dan John Coltrane merupakan pengikutnya yang utama.

Groove
1960
Sebagai bagian dari Soul Jazz, gaya Groove terpengaruh musik blues dan terfokus pada ritmenya. Kadang-kadang gaya ini dianggap sebagai “funk”, yang mempertahankan ritme yang kontinyu, dengan beberapa alat musik dan ornamen lirik yang ringan.

Musik groove merupakan musik yang penuh dengan perasaan gembira, mengajak pendengarnya untuk berdansa, baik dalam musik yang lambat-bluesy maupun yang dinamis. Improvisasi pemain-pemain solonya tetap ada, sebagai pendukung tempo musiknya.

Modal Jazz
1960
Kelompok solois ensambel pada perkembangan selanjutnya haus akan improvisasi. Karena itu beberapa pemain Jazz mencoba mengembangkan musik dengan adaptasi gaya Barat. Mengambil gaya medieval church, yang menggunakan altered interval, beberapa pemain menemukan inspirasi baru. Solois dapat bebas dari batasn-batasan tangga nada dan kemudian membentuk harmonisasi baru.
Musik ini sangat berguna bagi pianis dan gitaris, begitu juga pemain terompet dan saksofon. Pendekatan Modal Jazz ini digawangi oleh pianis Bill Evans.
Soul Jazz
1960
Berasal dari Hard Bop, Soul Jazz merupakan gaya Jazz yang paling populer di era 1960-an. Improvisasinya terletak pada perubahan chord-chord nya, seperti pada Bebop. Para solois mencoba mempersembahkan kreasi baru pada musik Jazz ini. Pemain ensambel berkonsentrasi pada ritme groove yang kuat, namun pada bagian bass lebih bervariasi.

Horace Silver memberikan pengaruh yang cukup besar dalam gaya Soul Jazz, dengan memasukkan gaya funky dan juga gospel pada piano di komposisinya. Organ Hammond dalam musik ini juga mendapatkan perhatian besar sebagai istrumen utama dalam Soul Jazz.

Fusion
1970
Pada awal tahun 1970-an, istilah “fusion” merupakan identitas dari gabungan improvisasi Jazz dengan energi dan ritme baru dalam musik Rock. Beberapa innovator Jazz kemudian berpindah dari jalur Hard Bop kontemporer ke aliran fusion, yang membawa kekecewaan kepada banyak pecinta Jazz murni.

Pada akhirnya, pengaruh komersial berhasil mengungguli inovasinya. Walaupun masih merupakan perdebatan apakah musik fusion ini merupakan evolusi musik Rock, sebagian kecil dari pengaruh musik ini masih berada dalam musik Jazz saat ini. Miles Davis dapat dikatakan sebagai pelopor fusion dalam Jazz dengan ‘murid-murid’ utama seperti Chic Corea, Joe Zawinul, Wayne Shorter, Aldi Meola serta John McLaughlin.

Modern Mainstream
1970
Setelah berakhirnya era Big Band, kelompok ensambel besar kemudian terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dengan membawakan musik Swing. Beberapa pemain terbaik musik Swing dapat disaksikan pertunjukannya dalam jam sessions di tahun 1950-an, di mana improvisasi chordal sangat tampak, selain alunan melodinya.


Mainstream Jazz dikenal sebagai jazz bergaya longgar di akhir tahun 1970-an dan 1980-an, dipengaruhi oleh Cool, Classic, dan Hard Bop. Istilah Modern Mainstream atau Post Bop digunakan untuk hampir semua gaya yang tidak dekat dengan sejarah musik Jazz.

Acid Jazz
1980
Istilah Acid Jazz digunakan secara luas untuk menampung berbagai aliran musik. Walaupun aliran ini bukan musik Jazz sejati karena telah jauh dari patokan-patokan tradisional musik Jazz, aliran ini tidak dapat diabaikan begitu saja sebagai salah satu genre musik Jazz.
Pada tahun 1987 di acara dansa di Inggris, musik ini didefinisikan sebagai gaya bermusik yang funky, yang mengambil beberapa bagian dari komposisi Jazz klasik, Funk tahun 70-an, Hip-Hop, Soul dan Latin grooves, dengan focus utama pada musik instrumental dan tidak pada lirik. Hasil akhir dari mosaic ini mengabaikan improvisasi, sehingga menimbulkan perdebatan apakah Acid Jazz ini termasuk musik Jazz atau tidak.
Afro-Cuban Jazz
1980
Dikenal juga sebagai Latin Jazz, musik ini merupakan kombinasi antara improvisasi Jazz dan ritme. Dapat dilacak dari karya pemain terompet Mario Bauza dan pemain perkusi Chano Pozo yang sangat jelas terpangaruh oleh gaya Dizzy Gillespie (dan pemain lainnya) pada pertengahan tahun 1940-an.

Keluar dari akar Bop-nya, Afro-Cuban Jazz menjadi musik fusion sejati, paduan dari Amerika Utara, Selatan, dan Tengah. Instrumentasi menjadi beragam, tetapi terpusat pada bagian ritmenya, terdiri dari conga, timbale, bongo, dan perkusi Latin lainnya, dengan piano, gitar atau vibes, digabungkan dengan terompet dan vokal. Arturo Sandoval, Pancho Sanchez, dan Chucho Valdes adalah beberapa pemain Afro-Cuban Jazz yang terkenal.

Post Bop
1980
Istilah Modern Mainstream atau Post Bop digunakan untuk aliran-lairan yang jauh dari sejarah musik Jazz. Dimulai dari tahun 1979, beberapa pemain mencoba bermusik dengan pendekatan baru pada musik Hard Bop tahun 60-an, namun tidak hanya mengambil ritme groove dan funk. Aliran baru ini menambahkan tekstur dan pengaruh-pengaruh di era tahun 80 dan 90-an.
Elemen avant-garde memberikan kebebasan kepada pemain solo untuk mengeksplorasi musiknya, sementara pengaruh ritme poliritmik Karibia memberikan variasi yang lebih luas daripada musik Bebop sebelumnya.

Smooth Jazz
1990
Smooth Jazz merupakan aliran Jazz yang keluar dari jalur Fusion, tetapi meninggalkan energi solo dan kresendo dinamis. Improvisasi sama sekali diabaikan, sehingga menimbulkan perdebatan apakah istilah Jazz pada aliran dapat diberikan.
Musik ini banyak menggunakan synthesizers dan ritme-ritme yang lembut, dan dipoles secara apik, sehingga suara ensambel menjadi lebih daripada sekedar ekspresi individual. Instrumen yang digunakan misalnya electric keyboard, sax alto atau sopran, gitar, bass gitar dan perkusi.
Smooth Jazz telah menjadi aliran musik Jazz yang lebih komersil sejak era musik Swing.
European
2000
Pada akhir abad ke 20, banyak musisi Skandinavia dan Perancis merasa bahwa Jazz Mainstream Amerika sudah ketinggalan jaman, sehingga mereka menciptakan aliran baru, dikenal sebagai “The European”.
Seperti halnya Acid Jazz, European mengembalikan akar musik Jazz sebagai musik dansa. Musik ini menggabungkan elemen-elemen dari House (jenis musik dansa yang berasal dari Funk, dengan bagian-bagian yang diedit secara elektronis), dengan suara musik akustik, elektronik, dan sampled, menciptakan gaya baru yang popoler di kalangan pemain Jazz kontemporer.
Musisi yang terlibat pada pergerakan ini termasuk pianis Norwegia Bugge Wesseltoft, pemain terompet Nils Petter Molvaer, pinis Perancis Martial Solal dan Laurent de Wilde dan pemain saksofon Julien Lourau.

read more....

Senin, 12 November 2007

Dua Cappuccino

Di sepenggal sore dengan rintik hujan yang tak mau berhenti, sepasang lelaki dan perempuan memasuki sebuah kedai kopi dengan replika menara Eiffel di sudut ruangan. Alunan karya-karya Tchaikovsky lembut mengelus telinga, ruangan yang temaram, dan sekuntum mawar merah di atas setiap meja mungil bertaplak kotak-kotak merah. Sebuah setting yang romantis.
“Dua cappuccino panas dan satu waffle strawberry. Dua garpu ya, mas” kata si perempuan kepada pelayan, tanpa bertanya kepada pasangannya. Sebuah tindakan yang jelas mengisyaratkan bahwa ini bukanlah pertemuan mereka yang pertama, atau yang kedua.
Si lelaki langsung menyalakan sebatang Lucky Strike. Matanya menerawang menembus asap putih yang dihembuskan dengan berat.
“Jadi gimana?,” tanyanya kepada si perempuan tanpa mengalihkan pandangannya dari kepulan asap.
“Menurut kamu gimana?,” si perempuan balik bertanya.
“Don’t answer my question with question! Itu kebiasaan buruk kamu,” suara si lelaki terdengar meninggi.
Mata si perempuan langsung berkaca-kaca. Apa yang harus dikatakannya? Ia begitu menyayangi lelaki ini. Lelaki yang setahun belakangan ini menjadi tumpahan segala rasa di hatinya, yang sanggup membawakannya semburat pelangi di hari-harinya yang terkadang mendung dan muram.
Lelaki ini adalah sahabat masa kecilnya, yang tinggal di ujung kelokan rumahnya. Mereka melewati masa kecil bersama, berangkat ke sekolah berdua, berlari-lari dalam hujan, bersepeda di sore yang jingga, tertawa-tawa dan saling menggoda. Ah indahnya. Itu adalah cerita 20 tahun yang silam.
“Cappucino nya mbak, silakan,” pelayan muda menempatkan secangkir cappuccino panas di hadapannya, lalu secangkir lagi di hadapan si lelaki, serta sepiring waffle dengan lelehan strawberry sauce yang segar dan dua garpu di antara dua cappuccino.
“Ga mungkin diterusin, kan?” suara si lelaki terdengar seperti gema dari lorong yang jauh.
Butir-butir air mata mulai bergulir di pipi si perempuan yang halus. Ingatannya melanglang ke masa awal kuliah, pertemuannya kembali dengan si lelaki setelah 10 tahun ia dan keluarganya pindah dari rumah di ujung tikungan tempat tinggalnya. Pertemuan di sebuah toko buku.
“Hai..., ini kamu kan?” si lelaki menegur dengan lucu. Matanya menari-nari dengan kepala condong ke kiri, sebuah kebiasaan semenjak kecil ketika ia sedang ingin menggoda.
“Hai..., apa kabar? Dimana kamu sekarang?” si perempuan tergagap menatap lelaki di hadapannya, setengah tak percaya.
“Di sini..., hahaha...,” jawab si lelaki dengan terbahak.
“Ah, kamu masih lucu aja....”
“Ayo, kita ngobrol dulu, sambil makan es krim yuk?” ajak si lelaki.
Dan hari-hari selanjutnya mereka isi dengan pertemuan-pertemuan yang penuh canda tawa. Sayang cerita itu tak sempat berlanjut, karena si perempuan tak membuka pintu dengan lebar, dan si lelaki pun tak mengetuknya dengan lebih keras. Si lelaki menghilang begitu saja, dan si perempuan tak pernah juga mencari jejaknya.
Sampai 10 tahun kemudian, pertemuan kembali terjadi. Pada sebuah bank, ketika si perempuan berdiri bosan di antrian yang panjang. Lelaki itu tiba-tiba saja sudah ada disampingnya, dengan tatapan mata yang menari-nari dan kepala condong ke kiri.
“Ayo, kita ngobrol dulu, sambil ngopi yuk?” begitu ajaknya kali ini.
Dan dimulailah ritual menenggak cappuccino bersama, dari satu kedai kopi ke kedai lainnya. Lalu tatapan mata yang menari-nari lambat laun berubah menjadi tatapan yang lembut dan hangat, memancarkan kasih dan kerinduan.
Persahabatan masa kanak-kanak dan remaja, kini telah menjadi persahabatan di antara seorang lelaki dan perempuan dewasa. Tapi bisakah persahabatan di antara lelaki dan perempuan dewasa tetap menjadi sebuah persahabatan? Tak ada yang kuasa menghentikan ketika canda tawa menjadi genggaman tangan, genggaman tangan menjadi pelukan mesra, lalu menjadi kecupan hangat, dan kemudian sentuhan-sentuhan yang memanas, sampai keduanya tak dapat lagi menahan letupan gairah yang terasa begitu wajar.
“I want you..,” bisik si lelaki diantara rambut coklat si perempuan yang tergerai wangi.
Dan si perempuan menyerahkan dirinya dengan segenap rasa, tanpa syarat, tanpa ikatan. Gelombang itu dengan dahsyat melemparkannya ke ruang yang penuh warna, menghempaskannya di tumpukan awan yang lembut dan menyeretnya kembali ke pasir putih yang hangat. Ia menemukan rumahnya, and it just feels so right...., kenang si perempuan.
“Aku sudah cari-cari info,” suara lelaki itu memecah keheningan. “Kalau kamu siap, kita tinggal datang besok. Lebih cepat lebih baik”.
Ya, lebih cepat mereka mendatangi klinik itu lebih baik. Ini adalah keputusan paling rasional yang harus mereka ambil sebelum perut si perempuan makin membuncit. Ritual menenggak cappuccino bersama memang seharusnya tidak dimulai, sesal perempuan itu. Semua seharusnya tidak dimulai, karena sebentuk cincin emas berukir nama perempuan lain telah terlingkar di jari manis si lelaki.
Rintik hujan sudah berhenti. Kepulan asap Lucky Strike telah memudar. Alunan orkestra yang menyenandungkan karya-karya Tchaikovsky telah berganti dengan denting gitar Tohpati, Sendiri.
The game is over, life goes on. Now is the time to face the reality.
Sepasang lelaki dan perempuan berdiri meninggalkan meja bertaplak kotak-kotak merah dengan hidangan yang tak tersentuh dan wajah yang muram.
Di antara dua cappuccino, ada sepiring waffle strawberry, yang tak mungkin mereka singkirkan.

read more....

Jumat, 09 November 2007

SEJARAH CAPPUCINO

Orang-orang Nasrani pernah menganggap kopi sebagai minuman setan. Alasannya minuman asal Arab ini banyak diminum musuh-musuh mereka dalam Perang Salib. Paus kala itu, Vincent III, penasaran. Ia tidak ingin membuat keputusan tanpa merasakan dulu. Ia memerintahkan untuk mencari kopi. Manakala lidahnya telah mencicipi rasa nikmat kopi, fatwa haram tidak jadi keluar. Menurutnya, "ini sangat nikmat, sangat sayang membiarkan kaum kafir menikmatinya sendiri."

Suatu ketika mereka menemukan berkarung-karung kopi ditinggalkan musuhnya, pasukan Ottoman dari Turki. Di Wina Austria itulah sejarah kopi berubah. Pasukan di bawah Marco D'Aviano itu mencampurnya dengan krim dan madu untuk menghalau rasa pahit. Warnanya berubah menjadi kecoklatan, mirip dengan Capuchin (topi) D'Aviano. Saat ini, kita mengenalnya sebagai cappuccino.

Minuman ini menjadi begitu popular di Eropa. Italia, tempat asal D'Aviano, mengembangkan minuman ini dengan berbagai variasi. Walau pun sejarah cappuccino berawal di Austria, minuman ini identik dengan restauran dan kafe Italia.

Paus John Paul II sepertinya mengulangi kekaguman Vincent III. Mereka sama-sama kagum dengan D'Aviano dalam jalan yang berbeda, cappuccino dan Perang Salib. Minggu (27/4) lalu Paus memberkati D'Aviano sebagai salah satu orang suci (santo). Tapi pemberian gelar santo ini tentu tidak terkait dengan cappucinonya. Ia dianggap sebagai pendeta yang menginsiprasi Eropa menahan gempuran pasukan Ottoman di abad 17 silam.

D'Aviano lahir di sebuah kota, yang sama dengan namanya, Italia utara 1631. Ketika beranjak dewasa, orang tuanya mengirimnya untuk menjadi jesuit. Saat itulah ia dikirim Paus untuk bertempur di Wina. Ia dikenal ahli strategi dengan menyerang secara mendadak dan massal. Keberhasilannya ini menginspirasi seluruh Eropa untuk menghalau serangan Turki itu. Selama 18 tahun ia ikut serta dalam pertempuran antara orang Islam dan Nasrani ini.

read more....